Pembuka: Ritual Pagi yang Membawa Pertanyaan
Setelah mengetuk jam alarm di usia 63 tahun, Pak Surya (nama fiktif) tetap memaksakan diri untuk bangun pagi. Sambil menyeruput kopi pahitnya, sesaat ia memandangi berkas lamaran kerja—yang hampir tidak pernah berhasil diterima. Ia bertanya pada diri: “Apa sebenarnya yang salah? Apakah umurku memang jadi penghalang?” Pembaca pun ikut dibuat penasaran: siapa pria ini, apa latar belakangnya, dan apa yang membuatnya tetap bertahan meski sudah ratusan kali ditolak?
Siapa “Pak Surya”? Sejarah Hidup dan Motivasi
Pak Surya adalah sosok yang penuh dedikasi. Sejak usia muda, ia terbiasa bekerja keras demi keluarganya—mulai dari buruh harian, hingga petugas gudang. Namun saat usia menjelang pensiun, kondisi ekonomi memaksa ia terus mencari pekerjaan. Ia bukan seorang penganggur yang santai; setiap pagi, ia datang ke loket-loket perusahaan, mengisi formulir, mencetak lamaran, berharap sedikit berkah. Namun kenyataan pahit menunggunya: ratusan lamaran telah dikirim, dan jawabannya hanyalah kata “ditolak”.
Diskriminasi Usia: Bukan Sekadar Cerita Pribadi
Kisah Pak Surya bukan cerita tunggal. Berbagai laporan Kompas.com telah menyoroti realitas pahit serupa: pencari kerja lanjut usia sering kali dianggap “tidak produktif” dan banyak lamaran yang tak dilirik Kompas.tv. Bahkan di job fair Jakarta, pelamar berusia mendekati 50 tahun seperti Adi masih menghadapi tembok batas usia dan stigma—meski memiliki pengalaman kerja puluhan tahun MegapolitanJEO Kompas.
Penolakan dan Rasa Malu
Setiap penolakan melahirkan luka baru. Pak Surya menahan rasa getir saat tak mendapat panggilan wawancara. Ia merasa seperti menjadi beban, bahkan bagi dirinya sendiri. Ia bukan tidak mau pensiun—tapi realitas ekonomi memaksanya untuk terus berjuang. Dalam sebulan terakhir, ia bahkan mencoba menulis surat lamaran lewat platform online—tetapi usia menjadi hambatan tak terlihat namun nyata.
Stigma dan Kekosongan Sosial
Di balik perjuangan ekonomi, tersimpan luka sosial. Diskriminasi usia membuat Pak Surya merasa tak hanya tak terlihat, tapi juga tak dihargai. Pasar kerja seolah hanya untuk mereka yang muda, energik, dan “fleksibel”. Padahal, banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan karena PHK saat pandemi. Permintaan pelatihan vokasional yang inklusif jadi krusial—apabila dibiarkan, generasi lanjut usia akan terjebak dalam ketidakamanan ekonomi, dan memperburuk beban generasi “sandwich” Kompas.tvKompas Money.
Tantangan Sistemik: Apa Kata Undang-Undang?
Meski ada gugatan atas batasan usia dalam UU Ketenagakerjaan, Mahkamah Konstitusi RI menolak klaim tersebut—usia bukan kategori diskriminasi yang dilarang menurut konstitusi Kompas Money. Akibatnya, banyak perusahaan tetap memberlakukan batasan usia secara informal. Kesadaran dan reformasi kebijakan masih sangat dibutuhkan untuk melindungi hak pekerja senior.
Jalan Keluar: Inisiatif dan Solidaritas
Dalam cerita lain, Barnel Tito, seorang mantan HRD, mendirikan wadah Old Job Seeker Indonesia (OJI) untuk pencari kerja usia lanjut. Dalam setahun, dia telah mengirim ratusan lamaran, tapi menemukan dukungan bersama mampu memperkuat semangat Kompas.tv. Pak Surya pun mulai terinspirasi: mungkin ia bisa bergabung dengan komunitas, berbagi informasi, dan mendukung sesama pekerja senior.
Social Proof dari Komunitas yang Saling Menguatkan
Di dunia maya, banyak netizen yang bersuara empati:
“Mau gimana lagi, banyak lansia yang anaknya ekonominya kurang… makanya banyak lansia yang masih kerja.”
— Komentar netizen Reddit
“Orang tua saya pun selepas pensiun, juga masih bekerja untuk bantu anaknya nyicil KPR…”
— Komentar netizen Reddit
Komentar-komentar ini menambah kedalaman cerita: perjuangan lansia untuk tetap bekerja demi keluarganya bukan mitos, melainkan realitas yang menyentuh.
Solusi: Pelatihan, Proteksi, dan Kesetaraan Kesempatan
Bagaimana agar kisah seperti Pak Surya tak terulang? Ada beberapa rekomendasi sistemik:
-
Pelatihan vokasional khusus untuk pekerja lanjut usia — agar mereka tetap relevan dan kompetitif secara skill.
-
Kebijakan inklusif di perusahaan, termasuk batasan usia yang longgar dan penilaian berdasarkan kompetensi, bukan angka di KTP.
-
Penguatan komunitas seperti OJI, untuk memperluas jaringan, berbagi pekerjaan, dan saling mendukung.
Penutup: Harapan dari Setiap Pagi yang Dijalani
Meski ratusan lamaran ditolak, setiap pagi bagi Pak Surya adalah sinyal harapan baru. Ia akan terus berjuang. Karena di balik setiap penolakan, ia masih percaya bahwa ada satu kesempatan yang akan membuka jalan.
